Mengenal lebih dekat Desa Pranan, sejarah, visi misi, dan potensi yang dimiliki
Desa Pranan di Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, berasal dari wilayah Keraton Solo dan terdiri dari 4 RW serta 16 RT. Nama “Pranan” bermakna keturunan orang-orang baik atau “kepranan” karena keindahannya yang mempesona para punggawa kraton. Sejak masa Demang Karto Dimejo hingga Ki Lurah Daliman Tjitro Poespito (menjabat sampai 1975), pembangunan desa tumbuh melalui kerukunan warga, pengamalan agama Islam, serta potensi ekonomi petani dan perdagangan buah lokal seperti sawo dan mangga. Kesenian Eko Langen Irama dan Reog Ponorogo menjadi hiburan masyarakat, sementara pendidikan mulai berkembang setelah berdirinya SR (sekarang Balai Desa) dan bertambahnya tempat ibadah hingga menjadi Masjid Rohmat.
Periode kepemimpinan berikutnya terus membawa kemajuan. Dari Risdi Martono pada era 1975–1980-an yang mendorong kegiatan gotong royong, pengajian, dan program nasional; Subardi yang mengantarkan Pranan juara II lomba desa tingkat provinsi; Sumarno yang mempopulerkan mangga manalagi; hingga Suroso melanjutkan pengembangan ekonomi desa. Pada kepemimpinan Haryanto (2013–2018), desa semakin dikenal sebagai “kampung jambu”. Kini, di bawah Drs. Sarjanto, Pranan terus berbenah melalui pembangunan infrastruktur, pasar desa, dan penyelenggaraan Pranan Jambu Festival yang berhasil memperkuat identitas dan daya tarik desa. Warga tetap hidup rukun dengan dukungan kegiatan sosial, keagamaan, dan olahraga yang harmonis.
Informasi kependudukan Desa Pranan
Informasi geografis dan administratif Desa Pranan
Berbagai potensi dan sumber daya yang dimiliki Desa Pranan
Lahan pertanian seluas 125 hektar dengan komoditas padi, jambu air, dan buah buahan
Puluhan unit UMKM yang bergerak di bidang kuliner, kerajinan, dan perdagangan
2 SD, 2 PAUD, 1 TK yang melayani kebutuhan pendidikan warga
1 Klinik dan 6 Posyandu yang aktif melayani masyarakat